Mengungkap Rahasia Dahsyatnya Otak Kanan Manusia
“Seseorang yang pernah juara Olympiade Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa memiliki pribadi yang unggul dan sukses. Karena
mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas,
bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang
tidak terasah.”
Demikian
dikatakan Arman Andi Amirullah, Direktorat Pembinaan TK & SD
Departemen Pendidikan Nasional Pusat, dalam Seminar Sehari “Mengungkap
Rahasia Otak Kanan Anak” di aula Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta
Timur, Rabu (19/1/2011) lalu. Pembicara lain dalam seminar ini adalah
Dra Dhauharah Bawazir, Psi, M.Pd, praktisi pendidikan yang juga seorang
dosen psikologi dan bimbingan konseling Universitas Negeri Jakarta
(UNJ).
Menurut
Arman, ternyata tidak semua orang tahu perihal kehebatan dan rahasia
otak kanan manusia. Uniknya, berbagai macam respon timbul ketika
mendengar informasi tentang otak kanan. Ada yang menganggap biasa-biasa
saja, ada yang sama sekali tidak pernah mendengar, ada yang tidak
percaya bahwa otak manusia terbagi dalam dua bagian dengan fungsinya
masing-masing.
Respon lain, ada yang menganggap bahwa otak kanan berfungsi atau aktif secara otomatis, apabila organ tubuh bagian kiri sedang bergerak, bahkan ada anggapan tidak ada pembagian otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah. Yang mereka percayai, otak manusia hanya satu.
....Karena
mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas,
bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang
tidak terasah....
“Maka
pantaslah jika Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara lain,
Karena tidak tahu kehebatan otak kanannya. Ketika manusia tidak
mengetahui rahasia otak kanannya, bisa dipastikan dirinya bukanlah orang
kreatif, kurang peduli, kurang inovasi, kurang kreasi, tidak
sungguh-sungguh, dan kurang ikhlas,” ujar Arman.
Otak
kanan yang tidak pernah diasah, lanjut Arman, juga bisa mengakibatkan
seseorang kehabisan ide, kurang rasa ingin tahunya, kurang disiplin,
kurang tanggungjawab, kurang menghargai orang lain, kurang menghargai
keindahan, kurang menghargai kekuatan hati, kekuatan cinta dan
sebagainya. “Maka apakah kita masih mau menunda-nunda untuk mengaktifkan
otak kanan anak-anak bangsa?” kata Arman prihatin.
Islam dan Otak Kanan
Lebih
jauh Arman menjelaskan, Islam adalah agama merangsang otak kanan
manusia menjadi berfungsi. Betapa tidak, ketika kita mencoba memahami
bagaimana pergantian malam dan siang terjadi, seperti dijelaskan dalam
Al Qur’an, tentu diperlukan daya imajinasi untuk bisa merasakan
kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam semesta, menumbuhkan aneka
tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq menurunkan hujan.
“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
seraya berkata: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran 190-191).
“Tanpa
bantuan imajinasi(otak kanan), kita tidak sanggup melihat dan merasakan
langsung tanda-tanda yang dimaksud, dan tidak sanggup memikirkan
penciptaan langit dan bumi,” ungkap Arman.
Bahkan
dalam hadits Nabi dikatakan: “Sembahlah Tuhan-Mu seakan-akan engkau
melihatnya, dan apabila kamu tidak sanggup melihat-Nya, maka yakinlah
bahwa Allah melihat kamu.”
Sangat
jelas dalam hadits ini, perintah untuk seolah-olah melihat Allah dalam
shalat adalah pekerjaan imajinasi atau kemampuan “membayangkan.” Seperti
kita ketahui, sepertiga dari ayat-ayat suci Al Quran adalah bercerita
tentang kisah jaman dahulu dan banyak menggunakan kata perumpamaan:
seakan-akan, seperti, yang tentunya membutuhkan daya imajinasi yang
kuat. “Tahukah Anda kalau daya imaninasi adalah tanggungjawab otak
kanan?” kata Arman.
Hasil Penelitian Mutakhir
Tahukah
Anda, bahwa kemampuan otak kanan itu memiliki kapasitas 90% dan otak
kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian mutakhir di AS menyebutkan, peran
logika dalam membuat orang menjadi sukses hanya 4-6%, sedangkan 94-96%
adalah tanggungjawab otak kanan yang banyak berhubungan dengan inovasi,
kreativitas, naluri, intuisi, daya cipta, kejujuran, keuletan,
tanggungjawab, kesungguhan, spirit, kedisiplinan, etika, empati dan
lain-lain.
Sedangkan
tugas otak kiri adalah yang selalu berhubungan dengan angka-angka,
bahasa, analisa, logika, intelektual, ilmu pengetahuan. Adapun otak
kanan bertanggungjawab dalam hal imajinasi, kreativitas, seni, music,
inovasi, daya cipta, intuisi, otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan,
spirit, keuletan, kejujuran, keindahan dan lain-lain. Selain diurusi
oleh otak kiri maka menjadi urusan otak kanan.
....Otak
kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori
otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan
memori manakala memori otak kita penuh. Kapasitas kemampuan otak kanan
dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer....
Dikatakan
Arman, otak kanan, sesungguhnya dapat merekam dengan cepat dan
tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat
menjadi cadangan tempat penyimpanan memori manakala memori otak kita
penuh. Perlu diketahui, kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan
memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer, yang kalau dihitung deretan
angka nol di belakangnya adalah sebanding dengan jarak antara bumi dan
bulan 14 kali pulang pergi.
Lalu
apa pentingnya imajinasi? Lebih jauh, Arman memberi contoh, Albert
Einstein menemukan teori relativitas karena kekuatan imajinasinya.
Kemudian sewaktu duduk di bangku sekolah, gurunya mengajari Einstein
tentang kekuatan daya imajinasi.
Ingat..salah
satu rahasia kecerdasan orang Yahudi adalah kekuatan imajinasi, mereka
menganggap imajinasi lebih kuat dari kenyataan.
Andrea
Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses, bukan karena ilmu
finance yang mereka pelajari di Sorbonne Prancis, akan tetapi karena
kemampuan daya imajinasi seorang Andrea, kreatif meramu perjalanan
hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik, lalu ditulislah kedalam
bentuk Novel Tetralogi Laskar Pelangi—sekarang menjadi novel berkelas
dunia karena sudah dialihbahasakan ke dalam berbagai bahasa. Novelnya
kemudian difilmkan dan sukses di pasaran.
Salah
satu orang yang bisa membiayai untuk berwisata ke luar angkasa adalah
pembuat game computer dari Amerika Serikat (AS), keahlian untuk
merancang game komputer, tentunya membutuhkan kemampuan imajinasi yang
tinggi.
Bahkan
orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah seorang
yang drop out dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal tekad dan
daya imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan
Microsoft yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan,
Matshushitya Konoshuke, pemilik perusahaan elektronik Jepang
“Panasonic” adalah mantan penjaga toko sepeda. Termasuk motivator
sekaligus penulis buku terkenal Andri Wongso adalah anak dari keluarga
miskin di Malang yang tidak tamat sekolah dasar, tapi karena
keberaniannya bermimpi (daya imajinasi) akhirnya menjadi bintang film di
Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang ditulis di kertas
pembatas buku bernama Harvest. Itu artinya, cerdas saja tidak cukup,
tapi diperlukan kreativitas dengan selalu mengasah imajinasi, dalam hal
ini merangsang otak kanannya.
God Spot
Peneliti
“Neuorolog” Michael Persinger di awal tahun 1990-an dan VS.
Ramachandran bersama timnya di Universitas California. Barat pernah
meneliti, adanya titik Tuhan (God Spot) dalam otak manusia. Ternyata,
pusat spiritual yang terpasang ini terletak di antara hubungan-hubungan
syaraf dalam cuping-cuping temporal otak. Melalui pengamatan terhadap
otak dengan topografi emisi, positron, dan area-area syaraf tersebut
akan bersinar manakala subjek penelitian diarahkan untuk mendiskusikan
topic spiritual atau agama.( Berguru Kepada Allah, Abu Sangkan,2009)
Menurut
ahli syaraf, syaraf ini memiliki gejala yang unik, karena tidak
teraliri oleh darah sepanjang hari, namun tidak mati. Syaraf ini butuh
darah hanya 2-4 detik saja sebanyak 5 kali sehari. Syaraf ini diyakini
sebagai chip atau modem yang ditanam oleh Allah ke dalam otak manusia
agar mampu mendeteksi hal-hal yang berhubungan dengan spiritual dan ilmu
yang datangnya langsung dari Sang Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya,
apabila syaraf ini tidak aktif, maka orang tersebut sulit untuk
menerima hal-hal yang berbau moral/etika, apalagi spiritual. Mungkin
pula syaraf ini yang tidak aktif pada anak kita, sehingga sulit untuk
membentuk karakter anak yang pada akhirnya nyaris gagal membangun
karakter bangsa ini.
....Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan hati, dan kemampuan daya kreatif....
“Otak
kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati atau kepedulian yang
tinggi. Otak kanan juga memiliki kemampuan berkolaborasi dengan hati,
memiliki kemampuan daya kreatif dan seni yang tinggi. Keistimewaan otak
kanan juga memiliki gelombang otak bernama gelombang alfa. Gelombang ini
yang bisa merasakan keikhlasan, kebahagiaan, ketenangan, kekhusyukan,
relaxi, hening, kepuasan, imajinatif dan seterusnya.
Praktisi
pendidikan Djauharah Bawazir menambahkan, untuk memfungsikan otak kanan
anak, perlu merubah metode dan paradigma guru dan pendidikan kearah
pembelajaran yang lebih baik dan efesien. “Pendidik harus focus. Setelah
merubah paradigma, lalu ditanamkan kesadaran, disiapkan mental berjuang
dan pengorbanannya. Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata Djauharah
yang juga Dosen PGTK Bunyan.
Kata
Djauharah, ketika paradigma diubah, maka seorang pendidik akan diikuti
anak didiknya tanpa paksaan, disegani tapi dicintai, menjadi teladan,
mengarahkan, membangun semangat, mengembangkan cita-cita, dan
memotivasi. Ketika pola didik dilakukan secara maksimal, maka
terbentuklah karakter manusia yang berilmu, bertakwa, ikhlas, santun,
tanggungjawab dan sabar.
“Seorang
pendidik ketika memberikan hukuman kepada anak didiknya, bukanlah
pelampiasan kekesalan, tapi untuk kebaikan anak didiknya. Jangan buat
anak susah, ketakutan, dan tertekan di kelas, sehingga menyebabkan anak
tidak kreatif. Pendidik yang sukses adalah ketika anak didiknya selalu
senang dan bersemangat pergi ke sekolah dan ingin sekali bertemu dengan
gurunya,” tandas penulis buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu. [Desastian]
http://kehebatan-otakkanan.blogspot.com/2011/08/mengungkap-rahasia-dahsyatnya-otak.html
Kamis, 13 Rabiul Awwal 1436 H / 20 Januari 2011 16:46 wib
31.540 views
Mengungkap Rahasia Dahsyatnya Otak Kanan Manusia
“Seseorang yang pernah juara
Olympiade Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa memiliki
pribadi yang unggul dan sukses. Karena mereka hanya mengandalkan otak
kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan
bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah.”
Demikian dikatakan Arman Andi Amirullah,
Direktorat Pembinaan TK & SD Departemen Pendidikan Nasional Pusat,
dalam Seminar Sehari “Mengungkap Rahasia Otak Kanan Anak” di aula
Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (19/1/2011) lalu.
Pembicara lain dalam seminar ini adalah Dra Dhauharah Bawazir, Psi,
M.Pd, praktisi pendidikan yang juga seorang dosen psikologi dan
bimbingan konseling Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Menurut Arman, ternyata tidak semua
orang tahu perihal kehebatan dan rahasia otak kanan manusia. Uniknya,
berbagai macam respon timbul ketika mendengar informasi tentang otak
kanan. Ada yang menganggap biasa-biasa saja, ada yang sama sekali tidak
pernah mendengar, ada yang tidak percaya bahwa otak kanan terbagi dalam
dua bagian dengan fungsinya masing-masing.
Respon lain, ada yang menganggap bahwa
otak kanan berfungsi atau aktif secara otomatis, apabila organ tubuh
bagian kiri sedang bergerak, bahkan ada anggapan tidak ada pembagian
otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah. Yang mereka percayai, otak
manusia hanya satu.
....Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah....
“Maka pantaslah jika Indonesia
tertinggal jauh dari negara-negara lain, Karena tidak tahu kehebatan
otak kanannya. Ketika manusia tidak mengetahui rahasia otak kanannya,
bisa dipastikan dirinya bukanlah orang kreatif, kurang peduli, kurang
inovasi, kurang kreasi, tidak sungguh-sungguh, dan kurang ikhlas,” ujar
Arman.
Otak kanan yang tidak pernah diasah,
lanjut Arman, juga bisa mengakibatkan seseorang kehabisan ide, kurang
rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang tanggungjawab, kurang
menghargai orang lain, kurang menghargai keindahan, kurang menghargai
kekuatan hati, kekuatan cinta dan sebagainya. “Maka apakah kita masih
mau menunda-nunda untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak bangsa?” kata
Arman prihatin.
Islam dan Otak Kanan
Lebih jauh Arman menjelaskan, Islam
adalah agama merangsang otak kanan manusia menjadi berfungsi. Betapa
tidak, ketika kita mencoba memahami bagaimana pergantian malam dan siang
terjadi, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an, tentu diperlukan daya
imajinasi untuk bisa merasakan kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam
semesta, menumbuhkan aneka tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq
menurunkan hujan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran 190-191).
“Tanpa bantuan imajinasi, kita tidak
sanggup melihat dan merasakan langsung tanda-tanda yang dimaksud, dan
tidak sanggup memikirkan penciptaan langit dan bumi,” ungkap Arman.
Bahkan dalam hadits Nabi dikatakan:
“Sembahlah Tuhan-Mu seakan-akan engkau melihatnya, dan apabila kamu
tidak sanggup melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihat kamu.”
Sangat jelas dalam hadits ini, perintah
untuk seolah-olah melihat Allah dalam shalat adalah pekerjaan imajinasi
atau kemampuan “membayangkan.” Seperti diketahui, ayat-ayat suci Al
Quran banyak menggunakan kata perumpamaan: seakan-akan, seperti, yang
tentunya membutuhkan daya imajinasi yang kuat. “Tahukah Anda kalau daya
imaninasi adalah tanggungjawab otak kanan?” kata Amran.
Hasil Penelitian Mutakhir
Tahukah Anda, bahwa kemampuan otak kanan
itu memiliki kapasitas 90% dan otak kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian
mutakhir di AS menyebutkan, peran logika dalam membuat orang menjadi
sukses hanya 4-6%, sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak kanan yang
banyak berhubungan dengan inovasi, kreativitas, naluri, intuisi, daya
cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit,
kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.
Sedangkan tugas otak kiri adalah yang
selalu berhubungan dengan angka-angka, bahasa analisa, logika,
intelektual, ilmu pengetahuan. Adapun otak kanan bertanggungjawab dalam
hal imajinasi, kreativitas, seni, music, inovasi, daya cipta, intuisi,
otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan, kejujuran,
keindahan dan lain-lain. Selain diurusi oleh otak kiri, juga menjadi
urusan otak kanan.
....Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer....
Dikatakan Arman, otak kanan,
sesungguhnya dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam
memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat
penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Perlu diketahui,
kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10
pangkat 5 juta kilometer, yang kalau dihitung deretan angka nol di
belakangnya adalah sebanding dengan jarak antara bumi dan bulan 14 kali
pulang pergi.
Lalu apa pentingnya imajinasi? Lebih
jauh, Arman member contoh, Albert Einstein menemukan teori relativitas
karena kekuatan imajinasinya. Kemudian sewaktu duduk di bangku sekolah,
gurunya mengajari Einstein tentang kekuatan daya imajinasi. Salah satu
rahasia kecerdsasan orang Yahudi adakah kekuatan imajinasi.
Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa
sukses, bukan karena ilmu finance yang mereka pelajari di Sorbonne
Prancis, akan tetapi karena kemampuan daya imajinasi seorang Andrea
kreatif meramu perjalanan hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik,
lalu ditulislah kedalam bentuk Novel Tetralogi Laskar Pelangi—sekarang
menjadi novel berkelas dunia karena sudah dialihbahasakan ke dalam
berbagai bahasa. Novelnya kemudian difilmkan dan sukses di pasaran.
Salah satu orang yang bisa membiayai
untuk berwisata ke luar angkasa adalah pembuat game computer dari
Amerika Serikat (AS), keahlian untuk merancang game komputer, tentunya
membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Bahkan orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah seorang yang drop out
dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal tekad dan daya
imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan Microsoft
yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan, Matshushitya Konoshuke, pemilik
perusahaan elektronik Jepang “Panasonic” adalah mantan penjaga toko
sepeda. Termasuk motivator sekaligus penulis buku terkenal Andri Wongso
adalah anak dari keluarga miskin di Malang yang tidak tamat sekolah
dasar, tapi karena keberaniannya bermimpi (daya imajinasi) akhirnya
menjadi bintang film di Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang
ditulis di kertas pembatas buku bernama Harvest. Itu artinya, cerdas
saja tidak cukup, tapi diperlukan kreativitas dengan selalu mengasah
imajinasi, dalam hal ini merangsang otak kanannya.
God Spot
Peneliti “Neuorolog” Michael Persinger
di awal tahun 1990-an dan VS. Ramachandran bersama timnya di Universitas
California. Barat pernah meneliti, adanya titik Tuhan (God Spot) dalam
otak manusia. Ternyata, pusat spiritual yang terpasang ini terletak di
antara hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping temporal otak.
Melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, positron, dan
area-area syaraf tersebut akan bersinar manakala subjek penelitian
diarahkan untuk mendiskusikan topic spiritual atau agama.
Menurut ahli syaraf, syaraf ini memiliki
gejala yang unik, karena tidak teraliri oleh darah sepanjang hari,
namun tidak mati. Syaraf ini butuh darah hanya 2-4 detik saja sebanyak 5
kali sehari. Syaraf ini diyakini sebagai chip atau modem yang ditanam
oleh Allah ke dalam otak manusia agar mampu menerima hal-hal yang
berhubungan dengan spiritual dan ilmu yang datangnya langsung dari Sang
Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya, apabila syaraf ini tidak
aktif, maka orang tersebut sulit untuk menerima hal-hal yang berbau
moral/etika, apalagi spiritual. Mungkin pula syaraf ini yang tidak aktif
pada anak kita, sehingga sulit untuk membentuk karakter anak yang pada
akhirnya nyaris gagal membangun karakter bangsa ini.
....Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan hati, dan kemampuan daya kreatif....
“Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal
rasa empati atau kepedulian yang tinggi. Otak kanan juga memiliki
kemampuan berkolaborasi dengan hati, memiliki kemampuan daya kreatif dan
seni yang tinggi. Keistimewaan otak kanan juga memiliki gelombang otak
bersama gelombang alfa. Gelombang ini yang bisa merasakan keikhlasan,
kebahagiaan, ketenangan, kekhusyukan, relaxi, hening, kepuasan,
imajinatif dan seterusnya.
Praktisi pendidikan Djauharah Bawazir
menambahkan, untuk memfungsikan otak kanan anak, perlu merubah metosde
dan paradigm guru dan pendidikan kea rah pembelajaran yang lebih baik
dan efesien. “Pendidik harus focus. Setelah merubah paradigma, lalu
ditanamkan kesadaran, disiapkan mental berjuang dan pengorbanannya.
Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata Djauharah yang juga Dosen PGTK
Bunyan.
Kata Djauharah, ketika paradigma diubah,
maka seorang pendidik akan diikuti anak didiknya tanpa paksaan,
disegani tapi dicintai, menjadi teladan, mengarahkan, membangun
semangat, mengembangkan cita-cita, dan memotivasi. Ketika pola didik
dilakukan secara maksimal, maka terbentuklah karakter manusia yang
berilmu, bertakwa, ikhlas, santun, tanggungjawab dan sabar.
“Seorang pendidik ketika memberikan
hukuman kepada anak didiknya, bukanlah pelampiasan kekesalan, tapi untuk
kebaikan anak didiknya. Jangan buat anak susah, ketakutan, dan tertekan
di kelas, sehingga menyebabkan anak tidak kreatif. Pendidik yang sukses
adalah ketika anak didiknya selalu senang dan bersemangat pergi ke
sekolah dan ingin sekali bertemu dengan gurunya,” tandas penulis buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu. [Desastian]
Mengungkap Rahasia Dahsyatnya Otak Kanan Manusia
“Seseorang yang pernah juara
Olympiade Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa memiliki
pribadi yang unggul dan sukses. Karena mereka hanya mengandalkan otak
kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan
bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah.”
Demikian dikatakan Arman Andi Amirullah,
Direktorat Pembinaan TK & SD Departemen Pendidikan Nasional Pusat,
dalam Seminar Sehari “Mengungkap Rahasia Otak Kanan Anak” di aula
Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (19/1/2011) lalu.
Pembicara lain dalam seminar ini adalah Dra Dhauharah Bawazir, Psi,
M.Pd, praktisi pendidikan yang juga seorang dosen psikologi dan
bimbingan konseling Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Menurut Arman, ternyata tidak semua
orang tahu perihal kehebatan dan rahasia otak kanan manusia. Uniknya,
berbagai macam respon timbul ketika mendengar informasi tentang otak
kanan. Ada yang menganggap biasa-biasa saja, ada yang sama sekali tidak
pernah mendengar, ada yang tidak percaya bahwa otak kanan terbagi dalam
dua bagian dengan fungsinya masing-masing.
Respon lain, ada yang menganggap bahwa
otak kanan berfungsi atau aktif secara otomatis, apabila organ tubuh
bagian kiri sedang bergerak, bahkan ada anggapan tidak ada pembagian
otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah. Yang mereka percayai, otak
manusia hanya satu.
....Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah....
“Maka pantaslah jika Indonesia
tertinggal jauh dari negara-negara lain, Karena tidak tahu kehebatan
otak kanannya. Ketika manusia tidak mengetahui rahasia otak kanannya,
bisa dipastikan dirinya bukanlah orang kreatif, kurang peduli, kurang
inovasi, kurang kreasi, tidak sungguh-sungguh, dan kurang ikhlas,” ujar
Arman.
Otak kanan yang tidak pernah diasah,
lanjut Arman, juga bisa mengakibatkan seseorang kehabisan ide, kurang
rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang tanggungjawab, kurang
menghargai orang lain, kurang menghargai keindahan, kurang menghargai
kekuatan hati, kekuatan cinta dan sebagainya. “Maka apakah kita masih
mau menunda-nunda untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak bangsa?” kata
Arman prihatin.
Islam dan Otak Kanan
Lebih jauh Arman menjelaskan, Islam
adalah agama merangsang otak kanan manusia menjadi berfungsi. Betapa
tidak, ketika kita mencoba memahami bagaimana pergantian malam dan siang
terjadi, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an, tentu diperlukan daya
imajinasi untuk bisa merasakan kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam
semesta, menumbuhkan aneka tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq
menurunkan hujan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran 190-191).
“Tanpa bantuan imajinasi, kita tidak
sanggup melihat dan merasakan langsung tanda-tanda yang dimaksud, dan
tidak sanggup memikirkan penciptaan langit dan bumi,” ungkap Arman.
Bahkan dalam hadits Nabi dikatakan:
“Sembahlah Tuhan-Mu seakan-akan engkau melihatnya, dan apabila kamu
tidak sanggup melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihat kamu.”
Sangat jelas dalam hadits ini, perintah
untuk seolah-olah melihat Allah dalam shalat adalah pekerjaan imajinasi
atau kemampuan “membayangkan.” Seperti diketahui, ayat-ayat suci Al
Quran banyak menggunakan kata perumpamaan: seakan-akan, seperti, yang
tentunya membutuhkan daya imajinasi yang kuat. “Tahukah Anda kalau daya
imaninasi adalah tanggungjawab otak kanan?” kata Amran.
Hasil Penelitian Mutakhir
Tahukah Anda, bahwa kemampuan otak kanan
itu memiliki kapasitas 90% dan otak kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian
mutakhir di AS menyebutkan, peran logika dalam membuat orang menjadi
sukses hanya 4-6%, sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak kanan yang
banyak berhubungan dengan inovasi, kreativitas, naluri, intuisi, daya
cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit,
kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.
Sedangkan tugas otak kiri adalah yang
selalu berhubungan dengan angka-angka, bahasa analisa, logika,
intelektual, ilmu pengetahuan. Adapun otak kanan bertanggungjawab dalam
hal imajinasi, kreativitas, seni, music, inovasi, daya cipta, intuisi,
otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan, kejujuran,
keindahan dan lain-lain. Selain diurusi oleh otak kiri, juga menjadi
urusan otak kanan.
....Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer....
Dikatakan Arman, otak kanan,
sesungguhnya dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam
memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat
penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Perlu diketahui,
kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10
pangkat 5 juta kilometer, yang kalau dihitung deretan angka nol di
belakangnya adalah sebanding dengan jarak antara bumi dan bulan 14 kali
pulang pergi.
Lalu apa pentingnya imajinasi? Lebih
jauh, Arman member contoh, Albert Einstein menemukan teori relativitas
karena kekuatan imajinasinya. Kemudian sewaktu duduk di bangku sekolah,
gurunya mengajari Einstein tentang kekuatan daya imajinasi. Salah satu
rahasia kecerdsasan orang Yahudi adakah kekuatan imajinasi.
Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa
sukses, bukan karena ilmu finance yang mereka pelajari di Sorbonne
Prancis, akan tetapi karena kemampuan daya imajinasi seorang Andrea
kreatif meramu perjalanan hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik,
lalu ditulislah kedalam bentuk Novel Tetralogi Laskar Pelangi—sekarang
menjadi novel berkelas dunia karena sudah dialihbahasakan ke dalam
berbagai bahasa. Novelnya kemudian difilmkan dan sukses di pasaran.
Salah satu orang yang bisa membiayai
untuk berwisata ke luar angkasa adalah pembuat game computer dari
Amerika Serikat (AS), keahlian untuk merancang game komputer, tentunya
membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Bahkan orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah seorang yang drop out
dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal tekad dan daya
imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan Microsoft
yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan, Matshushitya Konoshuke, pemilik
perusahaan elektronik Jepang “Panasonic” adalah mantan penjaga toko
sepeda. Termasuk motivator sekaligus penulis buku terkenal Andri Wongso
adalah anak dari keluarga miskin di Malang yang tidak tamat sekolah
dasar, tapi karena keberaniannya bermimpi (daya imajinasi) akhirnya
menjadi bintang film di Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang
ditulis di kertas pembatas buku bernama Harvest. Itu artinya, cerdas
saja tidak cukup, tapi diperlukan kreativitas dengan selalu mengasah
imajinasi, dalam hal ini merangsang otak kanannya.
God Spot
Peneliti “Neuorolog” Michael Persinger
di awal tahun 1990-an dan VS. Ramachandran bersama timnya di Universitas
California. Barat pernah meneliti, adanya titik Tuhan (God Spot) dalam
otak manusia. Ternyata, pusat spiritual yang terpasang ini terletak di
antara hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping temporal otak.
Melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, positron, dan
area-area syaraf tersebut akan bersinar manakala subjek penelitian
diarahkan untuk mendiskusikan topic spiritual atau agama.
Menurut ahli syaraf, syaraf ini memiliki
gejala yang unik, karena tidak teraliri oleh darah sepanjang hari,
namun tidak mati. Syaraf ini butuh darah hanya 2-4 detik saja sebanyak 5
kali sehari. Syaraf ini diyakini sebagai chip atau modem yang ditanam
oleh Allah ke dalam otak manusia agar mampu menerima hal-hal yang
berhubungan dengan spiritual dan ilmu yang datangnya langsung dari Sang
Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya, apabila syaraf ini tidak
aktif, maka orang tersebut sulit untuk menerima hal-hal yang berbau
moral/etika, apalagi spiritual. Mungkin pula syaraf ini yang tidak aktif
pada anak kita, sehingga sulit untuk membentuk karakter anak yang pada
akhirnya nyaris gagal membangun karakter bangsa ini.
....Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan hati, dan kemampuan daya kreatif....
“Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal
rasa empati atau kepedulian yang tinggi. Otak kanan juga memiliki
kemampuan berkolaborasi dengan hati, memiliki kemampuan daya kreatif dan
seni yang tinggi. Keistimewaan otak kanan juga memiliki gelombang otak
bersama gelombang alfa. Gelombang ini yang bisa merasakan keikhlasan,
kebahagiaan, ketenangan, kekhusyukan, relaxi, hening, kepuasan,
imajinatif dan seterusnya.
Praktisi pendidikan Djauharah Bawazir
menambahkan, untuk memfungsikan otak kanan anak, perlu merubah metosde
dan paradigm guru dan pendidikan kea rah pembelajaran yang lebih baik
dan efesien. “Pendidik harus focus. Setelah merubah paradigma, lalu
ditanamkan kesadaran, disiapkan mental berjuang dan pengorbanannya.
Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata Djauharah yang juga Dosen PGTK
Bunyan.
Kata Djauharah, ketika paradigma diubah,
maka seorang pendidik akan diikuti anak didiknya tanpa paksaan,
disegani tapi dicintai, menjadi teladan, mengarahkan, membangun
semangat, mengembangkan cita-cita, dan memotivasi. Ketika pola didik
dilakukan secara maksimal, maka terbentuklah karakter manusia yang
berilmu, bertakwa, ikhlas, santun, tanggungjawab dan sabar.
“Seorang pendidik ketika memberikan
hukuman kepada anak didiknya, bukanlah pelampiasan kekesalan, tapi untuk
kebaikan anak didiknya. Jangan buat anak susah, ketakutan, dan tertekan
di kelas, sehingga menyebabkan anak tidak kreatif. Pendidik yang sukses
adalah ketika anak didiknya selalu senang dan bersemangat pergi ke
sekolah dan ingin sekali bertemu dengan gurunya,” tandas penulis buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu. [Desastian]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesia/2011/01/20/12876/mengungkap-rahasia-dahsyatnya-otak-kanan-manusia/;#sthash.Zi6xugYK.dpufMengungkap Rahasia Dahsyatnya Otak Kanan Manusia
“Seseorang yang pernah juara
Olympiade Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa memiliki
pribadi yang unggul dan sukses. Karena mereka hanya mengandalkan otak
kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan
bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah.”
Demikian dikatakan Arman Andi Amirullah,
Direktorat Pembinaan TK & SD Departemen Pendidikan Nasional Pusat,
dalam Seminar Sehari “Mengungkap Rahasia Otak Kanan Anak” di aula
Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (19/1/2011) lalu.
Pembicara lain dalam seminar ini adalah Dra Dhauharah Bawazir, Psi,
M.Pd, praktisi pendidikan yang juga seorang dosen psikologi dan
bimbingan konseling Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Menurut Arman, ternyata tidak semua
orang tahu perihal kehebatan dan rahasia otak kanan manusia. Uniknya,
berbagai macam respon timbul ketika mendengar informasi tentang otak
kanan. Ada yang menganggap biasa-biasa saja, ada yang sama sekali tidak
pernah mendengar, ada yang tidak percaya bahwa otak kanan terbagi dalam
dua bagian dengan fungsinya masing-masing.
Respon lain, ada yang menganggap bahwa
otak kanan berfungsi atau aktif secara otomatis, apabila organ tubuh
bagian kiri sedang bergerak, bahkan ada anggapan tidak ada pembagian
otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah. Yang mereka percayai, otak
manusia hanya satu.
....Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah....
“Maka pantaslah jika Indonesia
tertinggal jauh dari negara-negara lain, Karena tidak tahu kehebatan
otak kanannya. Ketika manusia tidak mengetahui rahasia otak kanannya,
bisa dipastikan dirinya bukanlah orang kreatif, kurang peduli, kurang
inovasi, kurang kreasi, tidak sungguh-sungguh, dan kurang ikhlas,” ujar
Arman.
Otak kanan yang tidak pernah diasah,
lanjut Arman, juga bisa mengakibatkan seseorang kehabisan ide, kurang
rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang tanggungjawab, kurang
menghargai orang lain, kurang menghargai keindahan, kurang menghargai
kekuatan hati, kekuatan cinta dan sebagainya. “Maka apakah kita masih
mau menunda-nunda untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak bangsa?” kata
Arman prihatin.
Islam dan Otak Kanan
Lebih jauh Arman menjelaskan, Islam
adalah agama merangsang otak kanan manusia menjadi berfungsi. Betapa
tidak, ketika kita mencoba memahami bagaimana pergantian malam dan siang
terjadi, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an, tentu diperlukan daya
imajinasi untuk bisa merasakan kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam
semesta, menumbuhkan aneka tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq
menurunkan hujan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran 190-191).
“Tanpa bantuan imajinasi, kita tidak
sanggup melihat dan merasakan langsung tanda-tanda yang dimaksud, dan
tidak sanggup memikirkan penciptaan langit dan bumi,” ungkap Arman.
Bahkan dalam hadits Nabi dikatakan:
“Sembahlah Tuhan-Mu seakan-akan engkau melihatnya, dan apabila kamu
tidak sanggup melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihat kamu.”
Sangat jelas dalam hadits ini, perintah
untuk seolah-olah melihat Allah dalam shalat adalah pekerjaan imajinasi
atau kemampuan “membayangkan.” Seperti diketahui, ayat-ayat suci Al
Quran banyak menggunakan kata perumpamaan: seakan-akan, seperti, yang
tentunya membutuhkan daya imajinasi yang kuat. “Tahukah Anda kalau daya
imaninasi adalah tanggungjawab otak kanan?” kata Amran.
Hasil Penelitian Mutakhir
Tahukah Anda, bahwa kemampuan otak kanan
itu memiliki kapasitas 90% dan otak kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian
mutakhir di AS menyebutkan, peran logika dalam membuat orang menjadi
sukses hanya 4-6%, sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak kanan yang
banyak berhubungan dengan inovasi, kreativitas, naluri, intuisi, daya
cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit,
kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.
Sedangkan tugas otak kiri adalah yang
selalu berhubungan dengan angka-angka, bahasa analisa, logika,
intelektual, ilmu pengetahuan. Adapun otak kanan bertanggungjawab dalam
hal imajinasi, kreativitas, seni, music, inovasi, daya cipta, intuisi,
otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan, kejujuran,
keindahan dan lain-lain. Selain diurusi oleh otak kiri, juga menjadi
urusan otak kanan.
....Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer....
Dikatakan Arman, otak kanan,
sesungguhnya dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam
memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat
penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Perlu diketahui,
kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10
pangkat 5 juta kilometer, yang kalau dihitung deretan angka nol di
belakangnya adalah sebanding dengan jarak antara bumi dan bulan 14 kali
pulang pergi.
Lalu apa pentingnya imajinasi? Lebih
jauh, Arman member contoh, Albert Einstein menemukan teori relativitas
karena kekuatan imajinasinya. Kemudian sewaktu duduk di bangku sekolah,
gurunya mengajari Einstein tentang kekuatan daya imajinasi. Salah satu
rahasia kecerdsasan orang Yahudi adakah kekuatan imajinasi.
Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa
sukses, bukan karena ilmu finance yang mereka pelajari di Sorbonne
Prancis, akan tetapi karena kemampuan daya imajinasi seorang Andrea
kreatif meramu perjalanan hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik,
lalu ditulislah kedalam bentuk Novel Tetralogi Laskar Pelangi—sekarang
menjadi novel berkelas dunia karena sudah dialihbahasakan ke dalam
berbagai bahasa. Novelnya kemudian difilmkan dan sukses di pasaran.
Salah satu orang yang bisa membiayai
untuk berwisata ke luar angkasa adalah pembuat game computer dari
Amerika Serikat (AS), keahlian untuk merancang game komputer, tentunya
membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Bahkan orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah seorang yang drop out
dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal tekad dan daya
imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan Microsoft
yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan, Matshushitya Konoshuke, pemilik
perusahaan elektronik Jepang “Panasonic” adalah mantan penjaga toko
sepeda. Termasuk motivator sekaligus penulis buku terkenal Andri Wongso
adalah anak dari keluarga miskin di Malang yang tidak tamat sekolah
dasar, tapi karena keberaniannya bermimpi (daya imajinasi) akhirnya
menjadi bintang film di Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang
ditulis di kertas pembatas buku bernama Harvest. Itu artinya, cerdas
saja tidak cukup, tapi diperlukan kreativitas dengan selalu mengasah
imajinasi, dalam hal ini merangsang otak kanannya.
God Spot
Peneliti “Neuorolog” Michael Persinger
di awal tahun 1990-an dan VS. Ramachandran bersama timnya di Universitas
California. Barat pernah meneliti, adanya titik Tuhan (God Spot) dalam
otak manusia. Ternyata, pusat spiritual yang terpasang ini terletak di
antara hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping temporal otak.
Melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, positron, dan
area-area syaraf tersebut akan bersinar manakala subjek penelitian
diarahkan untuk mendiskusikan topic spiritual atau agama.
Menurut ahli syaraf, syaraf ini memiliki
gejala yang unik, karena tidak teraliri oleh darah sepanjang hari,
namun tidak mati. Syaraf ini butuh darah hanya 2-4 detik saja sebanyak 5
kali sehari. Syaraf ini diyakini sebagai chip atau modem yang ditanam
oleh Allah ke dalam otak manusia agar mampu menerima hal-hal yang
berhubungan dengan spiritual dan ilmu yang datangnya langsung dari Sang
Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya, apabila syaraf ini tidak
aktif, maka orang tersebut sulit untuk menerima hal-hal yang berbau
moral/etika, apalagi spiritual. Mungkin pula syaraf ini yang tidak aktif
pada anak kita, sehingga sulit untuk membentuk karakter anak yang pada
akhirnya nyaris gagal membangun karakter bangsa ini.
....Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan hati, dan kemampuan daya kreatif....
“Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal
rasa empati atau kepedulian yang tinggi. Otak kanan juga memiliki
kemampuan berkolaborasi dengan hati, memiliki kemampuan daya kreatif dan
seni yang tinggi. Keistimewaan otak kanan juga memiliki gelombang otak
bersama gelombang alfa. Gelombang ini yang bisa merasakan keikhlasan,
kebahagiaan, ketenangan, kekhusyukan, relaxi, hening, kepuasan,
imajinatif dan seterusnya.
Praktisi pendidikan Djauharah Bawazir
menambahkan, untuk memfungsikan otak kanan anak, perlu merubah metosde
dan paradigm guru dan pendidikan kea rah pembelajaran yang lebih baik
dan efesien. “Pendidik harus focus. Setelah merubah paradigma, lalu
ditanamkan kesadaran, disiapkan mental berjuang dan pengorbanannya.
Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata Djauharah yang juga Dosen PGTK
Bunyan.
Kata Djauharah, ketika paradigma diubah,
maka seorang pendidik akan diikuti anak didiknya tanpa paksaan,
disegani tapi dicintai, menjadi teladan, mengarahkan, membangun
semangat, mengembangkan cita-cita, dan memotivasi. Ketika pola didik
dilakukan secara maksimal, maka terbentuklah karakter manusia yang
berilmu, bertakwa, ikhlas, santun, tanggungjawab dan sabar.
“Seorang pendidik ketika memberikan
hukuman kepada anak didiknya, bukanlah pelampiasan kekesalan, tapi untuk
kebaikan anak didiknya. Jangan buat anak susah, ketakutan, dan tertekan
di kelas, sehingga menyebabkan anak tidak kreatif. Pendidik yang sukses
adalah ketika anak didiknya selalu senang dan bersemangat pergi ke
sekolah dan ingin sekali bertemu dengan gurunya,” tandas penulis buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu. [Desastian]
- See more at:
http://www.voa-islam.com/read/indonesia/2011/01/20/12876/mengungkap-rahasia-dahsyatnya-otak-kanan-manusia/;#sthash.Zi6xugYK.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar